Seorang Penulis buku, menceritakan pengalamannya ketika ia harus bertugas di luar kota untuk beberapa hari. Sehari sebelum ia pulang, salah seorang anaknya menelepon agar dibawakan oleh-oleh. Karena ia begitu mengasihi anaknya, semua pesanannya di belikan. Setelah beberapa hari pergi, ia begitu rindu bertemu dengan keluarganya, termasuk salah seorang anaknya yang telah meneleponnya. Ketika ia sampai di rumah, anak-anaknya menyambutnya dengan gembira. “Pa, mana oleh-oleh buat saya?” Tanya anaknya. Ia sedikit kecewa, karena anaknya bukan bertanya tentang kabarnya, yang telah beberapa hari tugas di luar kota. Bahkan tidak menyambutnya dengan pelukan, melainkan anaknya menuntut pemberian darinya. Anaknya, setelah mendapatkan oleh-oleh yang diinginknnya, bergegas pergi tanpa bilang terima kasih.
Kisah di atas hampir sama dengan kisah kesepuluh orang kusta yang telah di sembuhkan oleh Yesus. Dari kesepuluh orang kusta yang telah sembuh hanya satu yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur dan berterimakasih. Sedangkan yang kesembilan lagi tidak kembali. Seharusnya merekabisa saja kembali kepada Yesus untuk bersyukur kepada-Nya dan kemudian baru pergi kepada imam-imam, tetapi mereka tidak melakukannya. Mereka lupa siapa yang menyembuhkan. Mereka terpesona dengan kesembuhan yang telah mereka terima, hingga tidak ingat siapa Pemberinya.
Sahabat Gandoem Mas, mari belajar menjadi anak-anak Tuhan yang tahu berterima kasih. Tuhan rindu agar kita mengasihi Tuhan lebih dari berkat-Nya. Menginginkan Tuhan, lebih dari perbuatan-Nya. Ketika hal itu menjadi sikap hati kita, maka dengan mudah mulut kita akan bersyukur kepada Tuhan. SP