Pada suatu hari Minggu, David Livingstone duduk di Aberdee Music Hall, menghadiri sebuah ibadah yang dilayani oleh seorang penginjil dari LMS (London Missionary Society). Setelah ibadah usai, Livingstone memandang tim pelayan dari LMS dengan senyuman yang manis. Karena tertarik pada senyuman itu, seorang anggota tim misionaris itu mendekatinya dan bertanya, “Anakku, maukah engkau menjadi seorang misionaris?” Beberapa tahun kemudian, setelah menjadi penginjil terkenal, Livingstone berkata bahwa karena senyumannya itulah, tawaran itu diajukan dan menjadi titik balik dalam hidupnya. Pada hari itulah ia memutuskan untuk melayani Kristus dan menjadi misionaris.
Kisah di atas yang saya kutip dari salah satu artikel di internet ini sungguh menginspirasi. Sebuah tindakan yang sangat sederhana, yaitu senyuman, namun mempunyai dampak yang luar biasa bagi hidup Livingstone. Inilah yang diharapkan oleh Paulus dalam hidup berjemaat. Memberi perhatian. Semua isi dari bacaan kita hari berisi sebuah anjuran dan bahkan perintah untuk saling mengasihi dan saling menjaga hubungan satu dengan yang lain. Bahkan Paulus berharap jika ada saudara-saudara yang menangis mesti turut merasakan kesedihan, bukan saja pada waktu bersukacita. “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Roma 12:15).
Mari belajar untuk menjaga hubungan yang sudah baik dengan saudara-saudara kita. Mau melangkah untuk memulihkan hubungan-hubungan yang sedang renggang. Mulailah dengan senyum. Jika hal itu setulus hati kita lakukan, pasti Tuhan akan memakai dan akan ada banyak orang yang kita berkati. Anda mau melakukannya? SP