Ludwig Ingwer Nommensen, memulai misinya di Tanah Batak dengan mempelajari bahasa dan adat-istiadat setempat untuk menjalin hubungan dan mempererat pergaulan. Suatu hari seorang raja bertanya kepadanya, apa sebenarnya perbedaan kekristenan dengan tradisi Batak. "Kami juga tahu hukum yang melarang orang mencuri, mengambil istri orang, atau bersaksi dusta," kata raja itu. Misionaris itu menjawab dengan lembut, "Tuan saya memberikan kemampuan untuk mematuhi hukum-hukum-Nya." Raja itu terperanjat. "Dapatkah Anda mengajarkan hal itu pada rakyat saya?" tanyanya. "Tidak, saya tidak dapat mengajarkannya," jawab Nommensen. "Namun, Allah dapat memberikan kepada mereka kemampuan itu jika mereka mendengarkan firman-Nya."
Sepertinya mudah bagi Pemazmur berkata, bahwa firman Tuhan itu menjadi kesukaannya. Ia berkata, “Betaka kucintai Taurat-Mu,…” (ay. 97). Begitu juga dengan Yohanes, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” (I Yohanes 5:3). Perintah-perintah Tuhan itu tidak berat. Apakah benar seperti itu? Satu hal, yang membuat pemazmur dan Yohanes menggangap firman itu kesukaannya, bahwa mereka mempunyai kerinduan akan firman dan Roh Kudus memampukannya untuk melakukan.
Seringkali kita meresa berat untuk melakukan firman-Nya. Berat untuk memberi, berat untuk mengasihi dan mengampuni. Tetapi, jika kita melakukannya dengan kekuatan diri sendiri, pasti kita tidak akan mampu. Oleh sebab itu, biarlah kerinduan akan firman Tuhan terus melimpah dalam hidup Anda dan Roh Kudus yang memampukan untuk melakukannya. SP